Dengan kondisi yang terisolir namun Cina memiliki kekayaan alam yang
luar biasa, maka mata pencaharian orang-orang tidak jauh-jauh dari
kekayaan alamnya, yaitu pertanian. Corak pertanian di Cina ialah
mengolah setiap jengkal tanah dengan intensif. Pada saat itu pertanian
sawah berkembang lebih dari yang lain, karena jenis pertanian ini lebih
cocok di sub tropis yang memiliki banyak air untk mendukung tanaman
padi. Sementara itu untuk perternakan dilakukan nomadic, ciri khas
mereka adalah menggunakan tenda, sehingga mudah bila ingin
berpindah-pindah. Hewan yang diternakan yaitu sapi, domba, kuda dan lain
lain. Hewan-hewan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan nomadic
seperti susu, daging, keju, mentega, kulit dan wol. Jadi pada masa ini
mata pencaharian orang-orang Cina kuno dibagi menjadi tiga yaitu
pertanian, peternakan dan campuran antara keduanya. Tanah yang subur pada umumnya terletak di lembah sungai yang sangat padat penduduknya. Tidak seluruh Cina subur tanahnya, terdapat juga gurun dan padang rumput. Luas tanah yang subur hanya sebagian kecil wilayahnya. Tanah loss di Cina Utara subur asal ada air. Di Honan, Shausi dan Shensi orang sangat hemat dengan tanah sehingga banyak orang membuat rumah di Tanah Loss di kaki bukit, supaya tersedia cukup tanah untuk pertanian. Dalam membuka lahan pertanian, hutan-hutan dibakar tanpa memperhitungkan akibatnya. Dahulu keadaan Tanah Loss berbeda dengan sekarang, sekarang daerah ini gundul dan kering. Hujan di Cina Utara sangat terbatas sehingga musim kemarau dan banjir sering menimbulkan bahaya kelaparan. Sekarang di RRC mengadakan penghijauan di Shansi dan Shensi. Di Sungai Kuning dibangun sebuah bendungan raksasa untuk menaggulangi banjir dan mengairi daerah pertanian. Bendungan raksasa juga dibangun di Sungai Huai untuk maksud yang sama.
Sementara di Cina Selatan lebih banyak turun hujan dan waktu bercocok tanam tidak terlalu dipengaruhi oleh musim. Panen dapat dilakuakan dua kali setahun. Disana juga tidak terjadi pengrusakan hutan, sehingga banyak terdapat bukit-bukit berbatu granit yang tandus dan gundul. Sebagai akibat dari kelebihan penduduk agraris terjadi imigrasi petani. Dari Cina Selatan terjadi emigrasi ke Nan Yang (Asia Tenggara) dan daerah-daerah pasifik. Di Indonesia misalnya banyak terdapat orang Cina yang berasal dari Fukien dan Kwanngtung. Dari daerah ini sejak berabad-abad dahulu para pedagang sering merantau ke Nan Yang. Sejak pertengahan abad ke 19 terjadi emigrasi besar-besaran dari Cina Selatan yang terdiri dari petani, nelayan, buruh perkebunan, pertambangan, dan orang yang berhasil dalam perdagangan dan perindustrian.
Dari Cina Utara terjadi emigrasi petani ke Sinkiang, Mongolia dan Mancuria. Penduduk Mancuria sekarang 90% adalah orang Cina. Orang Manchu sendiri hanya ± 2 % dan orang Mongolia ± 4%, Korea ± 3% dan ada juga keturunan orang Rusia. Di Cina banyak terkandung barang tambang. Batu bara terdapat hampir disetiap propinsi, yang terbanyak di Kansu, Shensi, Honan dan Manchuria. Biji Besi paling banyak terdapat di Manchuria (2/3 dari seluruh persediaan RRC). Disana juga terkandung timah, tungsten (walfarm), antimonium, tembaga dll. Potensi tenaga air juga cukup besar, terutama di sungai Yangtse. Tetapi minyak bumi baru sedikit dihasilkan di Kansu dan Shensi dan persediaan terbesar di Shinkiang.
Cina sekarang memerlukan banyak sekali baja dan besi untuk membangun industri berat. Pusat Industri berat terbesar terdapat di Anshan (Mancuria Selatan), juga sangat terkenal tanur-tanur tinggi di pabri-pabrik baja di Hanyang (Wuhan). Dengan tujuan mencapai kemajuan besar dalam bidang perekonomian dalam bidang industri ditetapkan tahun 1958 sebagai (tahun melompat jauh) atau “Tahun Lompatan Raksasa” Untuk menghasilkan baja didirikan puluhan ribu tanur yang dikerjakan pada musim gugur dan dingin oleh petani, pelajar dan pegawai kantoran. Produksi baja juga dijadikan sasaran pabrik proyek tersebut. Dalam pertanian target ditujukan pada produksi gandum, padi dan kapas.
0 komentar:
Posting Komentar